Sabtu, 06 Juli 2013

WAHONO JAVA



SURAT UNTUK AYAHKU TERSAYANG

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah

yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat

seorang laki-laki kepada seorang laki-laki; surat seorang ayah

kepada seorang ayah.

 


Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti

kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah

karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan

bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

 


Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul

dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog

seorang ayah dengan anak-anaknya.

 


Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit.

Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti

menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku

terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah

dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan,

ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

 


Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai

buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi

terpisahkan oleh apapun jua.

 


Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata:

"TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau

bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena

cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku

menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata

seharusnya hanya untuk Tuhan.

 


Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya

aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,

kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan.

Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

 


Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada

pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi

keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena

kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi

agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.

 


Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu

memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus

lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu

mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.

 


Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau

kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggeng-

gam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat

kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.

 


Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita

memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal

letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku

tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir

putus asa.

 


Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di

hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan

ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh

aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan.

Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa

kita kembalikan kepada pemiliknya.

Dari ayah yang senantiasa merindukanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar